Minggu, 03 Juli 2011

pemeriksaan fisik secara umum


TUGAS
KEPERAWATAN DEWASA II

”Prosedur Pemeriksaan Fisik Secara Umum”

album-63754-l





Oleh :
Fitriana (0910323097)


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2011
PEMERIKSAAN FISIK SECARA UMUM
1.        Anamnesis
2.        Pemeriksa berdiri di samping kanan pasien untuk memaksimalkan fungsi tangan kanan atau pemeriksa dapat berdiri di sisi dominan pemeriksa.
3.        Saat pasien masuk ruangan pemeriksaan langsunglah menilai cara berjalan pasien, gizi pasien secara umum dan kira-kira umur pasien.
4.        Lalu lakukan juga penilaian keadaan sakit pasien secara keseluruhan (apakah sedang, ringan, berat, tampak sakit, pasien tampak meringis atau pasien tampak gelisah).
5.        Nilai tingkat kesadaran pasien. Seperti yang diketahui tingkat kesadaran dimulai dari apatis sampai koma. Komposmentis : apabila pasien memiliki kesadaran penuh namun bila tingkat kesadarn pasien menurun nilai kembali saat melakukan pemeriksaan fisik umum misalnya pemeriksaan Glesco, nilailah gerakan mata, kekuatan mengangkat anggota gerak badan, respon nyeri, maupun saat pasien menjawab pertanyaan.
6.        Nilailah gizi pasien, rincinya melalui perbandingan tinggi badan dan berat badan. Penilaian dapat dilakukan melalui  berbagai cara misalnya index broca, index masa tubuh dan menetukan lemak di bawah kulit. Untuk penilaian lemak di bawah kulit, pemeriksan melakukan cubitan pada daerah lengan atas dan bagian perut (lemak tebal atau tidak).
7.        Lakukan juga penilaian bentuk badan pasein, apakah pasein mengalami lordosis, kifosis atau skuliosis.
8.        Lakukan penilaian anggota gerak, apakah lumpuh sebelah atau tidak. Lalu lakukan juga penilaian kelainan pertumbuhan misalnya pasien bertubuh kerdil.
9.        Pemeriksaan kelainan setempat, pemeriksaan mata, paralisis pada wajah : bibir sumbing)
10.    Nilai habitus (atlitikes, piknikes atau astinikes)
11.    Nilai keadaan kulit pasien. Apakah kulit tampak pucat (biasanya terjadi pada pasein anemia), apakah kuning (ikteris), sianosis, hipopigmentasi, hiperpigmentasi, lesi (papula, eritema, petike, angioma atau striye).
12.    Nilai keadaan rambut, tumbuhnya rambut normal atau tidak, berlebihan/ kurang.
13.    Nilai edema pada pasien. Dilakukan pemeriksaannya Pada kelopak mata, pergelangan kaki dan pretibial. Udema diperiksa pada tempat-tempat dasar keras, tulang. Misalnya pada daerah pretibial. Caranya : berikan tekanan ringan dan dilepas lalu lihat ada atau tidaknya lekukan di bagian penekanan tadi.
14.    Penilaian turgor kulit, dilakukan pada daerah dinding perut, dad dan lengan. Caranya : angkat sedikit kulit pasien dan lepaskan, bila kulit kembali dengan cepat berarti turgor kulit pasien itu normal.
15.    Pemeriksaan kelenjar getah bening. Pemeriksaan dapat dilakukan pada daerah submandibula. Periksalah dengan meraba dari belakang ke depan dan dari belakang ke depan dengan dua tangan pemeriksa.
16.    Periksa pula kelenjar aksila dan ingunal kiri kanan (adakah pembesaran atau tidak). Caranya lakukan rabaan dengan sedikt menekan pada daerah tersebut.

PEMERIKSAAN PADA DAERAH KEPALA, LEHER DAN DADA
KEPALA :
1.        Lakukan pemeriksaan awal pada keadaan rambut
apakah kepala pasien botak, rambut mudah rontok atau mudah dicabut. Perhatikan kepala dari depan, kiri, kanan dan belakang.
2.        Wajah
Apakah wajah pasien tampak normal, tampak sakit, apakah wajahnya simetris. Lakukan tes nyeri tekan dan nyeri ketok pada sinus frontalis, maksilaris, prosesusmatoideus.
3.        Mata
Perhatikanlah bentuk mata (apakah mata pasein eksosklames, endokalmes, melotot, adanya udema, kelainan pada bulu mata atau santelasma. Caranya : minta pasien untuk membuka dan menutup kelopak mata lalu lakuakan juga pemeriksaan dari sisi samping.
Lakukan juga pemeiksaan tekanan bola mata, caranya : tekan sedikit bola mata pasien dan lepas sedikit lalu bandingkan tekanan bola mata kanan dan kiri pasien, apakah tekanannya sama atau berbeda.
Untuk melihat iktrus pada mata perlu cahaya alami yang cukup, lihat juga apakah ada sarotalmia, ulkuskorne pada mata kiri dan kanan.
Piupil : lihatlah apakah ada katarak, pupil sama besar, bagaimana bentuk mata dan apakah refleks cahaya normal atau tidak.
Ketajaman pengelihatan : untuk pemeriksaan digunakan kartu khusus dengan cara menanyakan pada pasien beberapa huruf atau angka yang ditunjuk oleh pemeriksa dengan jarak tertentu (pengelihatan pasien yang normal).
Untuk pasien yang pengelihatannya buruk pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan jari pemeriksa pada jarak 60 cm dari pasien.

PEMERIKSAAN TELINGA, HIDUNG DAN MULUT
Pada pemeriksaan ini pasein di minta duduk.
TELINGA :
1.        Periksa daun telinga pasien, apakah mengalami deformitas, tulfi, nyeri tekan, pembesaran kelenjar getah bening, preulikular.
2.        Inspeksi telinga tengah
Caranya : telinga pasien ditarik ke belakang lalu lihat ke dalam liang telinga membrane timpaninya. Pada keadaan normal membrane timpani akan terlihat bening dan menmantulkan cahaya. Tarik pula telinga kearah luar untuk mengetahui ada atau tidaknya nyeri.
3.        Pemeriksaan fungsi pendengaran dapat dilakukan dengan mendengarkan detik arloji dengan jarak tertentu. Normalnya arloji masih terdengar pada jarak 12,5-37,5 cm. rata-rata 15-20 cm
HIDUNG :
1.        Dengan menggunakan senter perhatikan bentuk tulang hidung, adakah pembesaran konka, secret.
2.        Untuk mengetahui adanya obstruksi pada lubang hidung lakukan penutupan pada salah satu lubang hidung pasien dan suruh ia bernapas lalu bandingkan antara lubang kiri dan kanan.
BIBIR DAN MULUT:
BIBIR :
1.        Periksalah bibir pasien apakah terdapat sianosis, pucat, radang pada sudut-sudut bibir atau fesikel. Perlu pula diperhatikan selaput lender mulut pasien, adanya radang atau tidak, stormatitis, bercak leukopia atau ulkus.
2.        Periksa gigi geligi pasien terkait jumlah, letak, gigi busuk, nyeri ketok pada gigi yang meradang dan abses periodontal.
LIDAH :
1.    Periksa apakah permukaan lidah pasein berselaput
2.    Ujung lidah apakah mengalami dehidrasi, termor, lanula, palpila yang antropi.
3.    Periksa pula tonsil dan langit- langit pasien dengan bantuan senter.
PEMERIKSAAN LEHER
1.        Pemeriksaan kelenjar getah bening dapat dilakukan kembali pada posisi pasien saat berbaring.
2.        Pemeriksaan kelnjar tiroid
Lakukan inspeksi pada daerah leher pasien, apakah terdapat benjolan, adakah pembesaran vena atau pulsasi abnormal. Caranya : perintahkan pasien untuk duduk lalu rabalah daerah leher dari belakang pasien kemudian perintahkan pasien untuk melakukan gerakan menelan. Rasakan ada/ tidaknya benjolan. Jika teraba adanya benjolan, nialilah besarnya benjolah tersebut, apakah diikuti dengan gerakan menelan yang dilakukan, apakh benjolan melekat.
3.        Periksaan vena sentral
Mintalah pasien untuk berbaring dengan leher tampak jelas dan kepala membentuk sudut 30° bidang horizontal. Umumnya vena jugularis eksterna harus tampak jelas.
4.        Periksa tekanan vena juguaris digunakan untuk mementukan gagal jantung kanan.
Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan 2 tekanan rigan. Tekanan pertama dilakukan dengan menekan vena jugulari eksterna daerah proksimal di dekat klavikula maka vena jugularis akan tampak jelas melebar lalu penekanan kedua dilakukan di daerah sebelah atas dekat mandibula lalu lepaskan  tekanan pertama maka akan tampak vena jugularis terisi. Kemudian tentukan pula titik pengisian bidang acuan (bidang datar yang melalui angulusludovisi sejajar dengan bidang horizontal). Jarak bidang acuan ke titik tengah atrium menpunyai angka konstan yaitu rata-rata 5. Jika pasien mengalami gagal jantung yang hebat maka vena jugularis dapat terisi penuh sampai madibula. Posisi kepala dapat diturunkan/ dinaikankan untuk mengatur tekanan jugularis.





PEMERIKSAAN ANGGOTA GERAK
Dilakukan inspeksi, palpasi, uji kekuatan otot.
1.         inspeksi bentuk dan ukuran lengan, tungkai, kaki lalu bandingkan keduanya, adakah luka-luka, tumor, udema, parises, clubingfinger, apakah ada radang dan deformitas pada sendi-sendi.
2.        Palpasi denyut nadi
Pemeriksaan konsistensi otot dan nadi perifer. Dapat dilakukan pada arteria radialis, brakialis, dorsalis pedis, poplitea dan femoralis.
Caranya : Pemeriksaan nadi perifer dilakukan dengan 2 atau 3 jari pemeriksa lalu tentukan frekuensi, irama, tegangan nadi. Untuk frekuensi denyut nadi di hitung selama 15 detik sampai 1 menit tergantung ketelitian pemeriksa. Tentukan pulsus defisit dengan membandingkan frekuensi nadi yang di hitung pada arteria radialis dengan di hitung pada arteria karotis atau dengan menggunakan stetoskop di daerah jantung.
3.        Pemeriksaan konsistensi otot (atropi, hipertropi atau normal). Otot yang teraba keras kemungkinan akibat dari tonus otot yang meningkat. Caranya : meraba otot pasien dapat dilakukan pada ektermitas bawah dan lengan atas.
4.        Pemeriksaan gerakan otot
dapat dilakukan dengan gerakan aktif dan pasif. Pemeriksaan dengan gerakan aktif pasien sendiri yang menggerakan tubuhnya lalu tanyakan ada atau tidaknya nyeri saat di gerakan. Sedangkan pemeriksaan fisik pasif pasien di bantu pemeriksa untuk menggerakan tubuhnya dan tanyakan pula ada/ tidaknya nyeri.
5.        Pemeriksaan kekutan jari
Dilihat dari kekuatan pasien menggengam tangan pemeriksa lalu bandingkan genggaman tangan kiri dan kanan pasien.
6.        Kekuatan otot kaki
Perintahkan pasien mengangkat kakinya denga lurus. Penilaian kekuatan otot
0 = pasien tidak mampu memngangkat kaki/ melawan gravitasi
3 = pasien hanya mampu sedikit mengangkat kakinya dan melawan gravitasi
5 = pasien mampu melawan gravitasi
7.        Periksa tendon refleks pasien
Dapat dilakukan pada otot bisep, trisep, lutut dan akiles dengan menggunakan hammer refleks. Lakukan juga babinski, cedok, safer, kones engkel dan lutut.
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS
Dilakukan dengan menggunakan kapas dan jarum kecil kemudian di letakkan pada tempat-tempat tertentu. Caranya :
1.        Pemeriksa jelaskan prosedur pada pasien
2.        Perintahkan pasien menutup mata
3.        Berikan sentuhan dengan menggunakan benda-benda tadi
4.        Lalu tanyakan respon pasien.
Perasaan proprioseptip
1.        Dilakukan dengan menggunakan garputala pada maleoles medis lalu tanyakan ada atau tidaknya getaran pada tempat yabg diperiksa
2.        Pemeriksaan jari-jari kaki dengan menggerakakn jari kaki ke atas dan ke bawah lalu tanyakan pada pasien gerakan mana yang dialkukan sbelumnya pasien disuruh menutup mata.

PEMERIKSAAN DAERAH PUNGGUNG
Untuk menilai kelainan bentuk punggung dan adanya nyeri ketok serat nyeri tekan.
TES RINE
Untuk mengetahui gangguan konduksi  saraf atau tulang dengan membunyikan garpu tala lalu di letakkan pada tulang prosesusmastoideus. Normalnaya apabila buyi garputala sudah tidak terdengar lagi pada tulang prosesusmastoideus namun jika garputala ujungnya di pindahkan ke liang telinga suara terdengar kembali. Hal ini dikarenakan hantaran udara lebih baik dari pada hantaran melalui tulang.
TES WEBER
Dilakukan untuk menegetahui tuli konduktif atau prseptif. Caranya bunyikan ringan garputala lalu letakkan di puncak kepala/ dahi lalu perintahkan pasien untuk membandingkan bagian kiri dan kanan masing-masing daerah, apakah terdapat perbedaan.


PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH PASIEN
Caranya :
1.        Posisikan pasien untuk berbaring atau duduk. Untuk mengetahui pasien hipotensi ortoststik pengukuran tekanan darah dilakukan saat berdiri.
2.        Lilitkan manset 1 inci dari atas posakubiti. Tidak ada benda/ pakaian yang menghalangi
3.        Tentukan tekanan sistolik dengan palpasi lalu tentukan pula tekanan sistolik dengan stetoskop dengan menaikan 20 mmHg pada tensi
4.        Lalu dengarlah bunyi awal dari tensi yang di sebut sistolik dan bunyi terakhir yang terdengar adalah diastolik.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar